Kamis, 21 Februari 2013


Membangun Pendidikan Moral Ditengah Pesantren Modern
Oleh: Al  Farisi AF *)
            Pesantren dan pendidikan moral adalah satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan satu antara lain. Jika pesantren sudah terlepas dari sistem pendidikan moral akan berakibat tehadap merosotnya moralitas anak bangsa (santri) yang kian melemah. “ pendidikan tidak hanya mencerdaskan generasi muda dari segi kognitif dan psikomotorik, tetapi tidak kalah pentingnya membentuk kepribadian yang bermoral sesuai nilai-nilai relegius”. Begitu ungkapan Mohammad Takdir Ilahi dalam bukunya (baca: revitalisasi pendidikan berbasis moral).
            Tidak heran jika pesantren dijadikan pusat ilmu keagamaan yang didalamnya banyak mengandung pendidikan moral. Tak kalah modern pesantren juga banyak mengajarkan ilmu-ilmu umum yang bertujuan untuk menyeimbangkan antara ilmu yang berbasis keagamaan dan berbasis umum.
                 Di kalangan muda saat ini, pendidikan berbasis moral tidak lagi menjadi orientasi utama dalam dunia pendidikan. Persoalan ini muncul akibat tidak adanya perhatian lebih dari seorang pendidik yang lebih fokus terhadap pengembangan nalar kritis (critical deveploment) dari pada pengembangan spiritual (spritual deveploment). Sehingga menyebabkan kedangkalan didalam memahami ajaran agama secara mendalam. Jika ini terjadi, tindakan yang dilakukan seorang santri pasti akan menyimpang dari norma-norma agama yang menjadi panutan kita di dalam menjalani kehidupan.
            Sering kita jumpai tawuran antar pelajar yang menunjukkan dampak dari minimnya pendidikan moral yang mereka peroleh dari lingkungan ataupun dari seorang pendidik. Masih untung kita berada di lingkungan pesantren, dan diatur dengan undang-undang yang berpegang teguh terhadap ajaran Agama Islam. Sehingga, tanpa diberi pendidikan secara khusus oleh seorang pendidik atau orang lain kita dapat meneladani moral seorang kiai yang tanpa di sadari memeberikan pendidikan moral terhadap santri.
            Namun yang harus di permasalahkan,dulunya pesantren yang dikenal kental dengan ilmu keagamaan tidak lagi mencetak moral terhadap seorang santri. Kenapa demikian? Perkembangan alat elektronik dan komunikasi sangat berpengaruh terhadap merosotnya moralitas anak bangsa, khususnya santri. Dengan demikian, seorang santri tidak mampu membedakan dampak negatif -positifnya dan seorang tidak mampu mem filter dampak negatif dari kemajuan tersebut.
            Untuk itu, penulis memberikan solusi untuk menghadapi dunia pada era globalisasi ini. Pertama, didalam lembaga pendidikan tidak harus memiliki tenaga pendidik yang cerdas secara keilmuan, namun memiliki skill mendidik moral anak didik. Kedua, sebagai santri kita mampu menjaga nama baik pesantren yang memberikan pendidikan secara intelektual maupun moralitas.
            Berkembangmya alat elektronik dan komunikasi memang membuat kita bangga ataupun bahagia, karena kita dapat beraktivitas dengan begitu mudah dan cepat. Namun, jika kita tidak bisa menggunakannya dangan baik, kemajuan tersebut akan berdampak negatif. Sebagai seorang santri yang memiliki moral kita harus memanfaatkan kemajuan tersebut dengan baik, agar kita dapat menjadikan negara kita yang masih kurang baik menjadi negara yang excellent.
*)penulis adalah penikmat luka, aktivis KOMNAS(Komunitas Nyantai Sore ) sekaligus santri tulen  Lubangsa Selatan       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar