Membangun Pendidikan Moral Ditengah Pesantren Modern
Oleh: Al Farisi AF *)
Pesantren dan
pendidikan moral adalah satu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan satu antara
lain. Jika pesantren sudah terlepas dari sistem pendidikan moral akan berakibat
tehadap merosotnya moralitas anak bangsa (santri) yang kian melemah. “
pendidikan tidak hanya mencerdaskan generasi muda dari segi kognitif dan
psikomotorik, tetapi tidak kalah pentingnya membentuk kepribadian yang bermoral
sesuai nilai-nilai relegius”. Begitu ungkapan Mohammad Takdir Ilahi dalam
bukunya (baca: revitalisasi pendidikan berbasis moral).
Tidak heran jika
pesantren dijadikan pusat ilmu keagamaan yang didalamnya banyak mengandung
pendidikan moral. Tak kalah modern pesantren juga banyak mengajarkan ilmu-ilmu
umum yang bertujuan untuk menyeimbangkan antara ilmu yang berbasis keagamaan
dan berbasis umum.
Di kalangan muda saat ini, pendidikan berbasis
moral tidak lagi menjadi orientasi utama dalam dunia pendidikan. Persoalan ini
muncul akibat tidak adanya perhatian lebih dari seorang pendidik yang lebih
fokus terhadap pengembangan nalar kritis (critical deveploment)
dari pada pengembangan spiritual (spritual deveploment). Sehingga
menyebabkan kedangkalan didalam memahami ajaran agama secara mendalam. Jika ini
terjadi, tindakan yang dilakukan seorang santri pasti akan menyimpang dari
norma-norma agama yang menjadi panutan kita di dalam menjalani kehidupan.
Sering kita jumpai
tawuran antar pelajar yang menunjukkan dampak dari minimnya pendidikan moral
yang mereka peroleh dari lingkungan ataupun dari seorang pendidik. Masih untung
kita berada di lingkungan pesantren, dan diatur dengan undang-undang yang berpegang
teguh terhadap ajaran Agama Islam. Sehingga, tanpa diberi pendidikan secara
khusus oleh seorang pendidik atau orang lain kita dapat meneladani moral
seorang kiai yang tanpa di sadari memeberikan pendidikan moral terhadap santri.
Namun yang harus
di permasalahkan,dulunya pesantren yang dikenal kental dengan ilmu keagamaan
tidak lagi mencetak moral terhadap seorang santri. Kenapa demikian?
Perkembangan alat elektronik dan komunikasi sangat berpengaruh terhadap merosotnya
moralitas anak bangsa, khususnya santri. Dengan demikian, seorang santri tidak
mampu membedakan dampak negatif -positifnya dan seorang tidak mampu mem filter
dampak negatif dari kemajuan tersebut.
Untuk itu, penulis
memberikan solusi untuk menghadapi dunia pada era globalisasi ini. Pertama, didalam
lembaga pendidikan tidak harus memiliki tenaga pendidik yang cerdas secara
keilmuan, namun memiliki skill mendidik moral anak didik. Kedua,
sebagai santri kita mampu menjaga nama baik pesantren yang memberikan
pendidikan secara intelektual maupun moralitas.
Berkembangmya alat
elektronik dan komunikasi memang membuat kita bangga ataupun bahagia, karena
kita dapat beraktivitas dengan begitu mudah dan cepat. Namun, jika kita tidak
bisa menggunakannya dangan baik, kemajuan tersebut akan berdampak negatif.
Sebagai seorang santri yang memiliki moral kita harus memanfaatkan kemajuan
tersebut dengan baik, agar kita dapat menjadikan negara kita yang masih kurang
baik menjadi negara yang excellent.
*)penulis
adalah penikmat luka, aktivis KOMNAS(Komunitas Nyantai Sore
) sekaligus santri tulen Lubangsa
Selatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar