Mencari
Pemimpin Ideal di Pesantren
Oleh Ainur
Hafidz *)
Semua daerah
organisasi ataupun negara sangat mengimpikan sesosok figur ideal pemimpin yang
bisa mengayomi masyarakatnya seperti Rasulullah. Begitu pula di Pesantren
memang sekarang ini memang sukar mencari pemimpin ideal.
Berbincang
tentang pemimpin ideal, sepanjang pengetahuan penulis pemimpin ialah seorang
yang bisa mengayomi masyarakat atau kaumnya dengan baik, sedangkan ideal
menurut makna kamus adalah sempurna sesuai dengan cita-cita berati pemimpin
yang ideal adalah pemimpin yang sempurna sesuai dengan cita-cita masyarakat
atau rakyatnya, pemimpin yang adil dan bisa mengayomi semua rakyatnya dengan
baik, pemimpin yang tak semua bertindak dan tidak mengedepankan egonya.
Sekarang
kita akan sedikit menelisik kepada eksistensi pesantren dimana pesantren yang
kita kenal merupakan lembaga pendidikan yang berbasis agamis yaitu Islam.
Santrinya sangat mengagum-ngagumkan Rasulullah dan meneladaninya. Namun, apakah
pemimpin di pesantren juga meneladani kepemimipinan Rasulullah ? yang kita
ketahui Rasulullah merupakan figur yang
ideal, tak pernah mengedepankan egonya. Justru lebih mengedepankan kepentingan
rakyat dari pada kepentingan pribadi maupun kelompoknya.
Sebagai
santri kita dapat melihat secara kasat mata kinerja-kinerja pemimpin kita di
pesantren. Berlatar pikir atas realita yang ada, kita akan dapat menilai bahwa
para pemimipin kita sekarang ini sangatlah berbeda jauh dengan masa
kepemimpinan Nabi, dalam artian mereka tak dapat sedikitpun mengikuti Nabi
dalam konteks kepemimipinannya . dan tentu sangatlah berbeda dengan pengertian
pemimpin ideal yang telah penulis paparkan di atas.
Pertama, mereka
kurang bijak dalam memilih menterinya, mereka cenderung nepotis dlam memilih
menterinya. Walaupun kenyataannya kinerja mereka kurang baik, kita dapat
berkaca kepada masa kepemimpinan Sayyidina Usman bin Affan, pada masa itu
mayoritas menterinya terdiri dari keluarga Usman, dalam artian Sayyidina Usman
lebih mengedepankan kepentingan keluarga dan yang terjadi kesenjangan sosial
dari umatnya. Tak ayal, kita temui para menteri pesantren yang kinerjanya
kurang memuaskan dan mungkin bisa dikatakan tak pantas jadi pemimpin.
Kedua,mereka lemah
dalam undang-undang. Dengan kata lain, bukan lemah dalam menjalankan
undang-undang tapi lemah dalam mematuhi undang-undang. Sanksi seakan tidak
berlaku bagi mereka. Memang tak semua pemimpin begitu, ada yang baik ada pula
yang buruk.
Memang
sangat sulit kita dapati pemimpin yang ideal seperti Rasulullah. Namun sebagai
pemimpin mereka seharusnya lebih tegas jadi pemimpin dalam mengatur bawahannya
dan lebih jeli dalam memilih bawahan atau menterinya, mereka tak boleh senonoh
dalam melakukan rekrutmen, mereka harus terlebih dahulu kinerja-kinerja mereka
sebelum diangkat jadi pemimpin sebagaimana pada masa khalifah Sayyidina Ali,
pada masa beliau menteri-menteri yang tidak mampu mengikuti irama
kepemimpinannya mesti akan ditumbangkan dari jabatannya. Jadi, pemimpin saat
ini baik dipesantren maupun non pesantren seharunya sedikit mencontoh
kepemimpinan Sayyidina Ali.
Terakhir, memang kita sadari sangat sulit untuk mencari pemimpin
ideal sebagaimana yang telah penulis paparkan secara gamblang diawal baik di
pesantren maupun non pesantren.
*) penulis
adalah siswa kelas akhir MTs 1 Annuqayah, aktivis KOMNAS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar