Kamis, 21 Februari 2013


Mencari Pemimpin Ideal di Pesantren

Oleh Ainur Hafidz *)
Semua daerah organisasi ataupun negara sangat mengimpikan sesosok figur ideal pemimpin yang bisa mengayomi masyarakatnya seperti Rasulullah. Begitu pula di Pesantren memang sekarang ini memang sukar mencari pemimpin ideal.
Berbincang tentang pemimpin ideal, sepanjang pengetahuan penulis pemimpin ialah seorang yang bisa mengayomi masyarakat atau kaumnya dengan baik, sedangkan ideal menurut makna kamus adalah sempurna sesuai dengan cita-cita berati pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang sempurna sesuai dengan cita-cita masyarakat atau rakyatnya, pemimpin yang adil dan bisa mengayomi semua rakyatnya dengan baik, pemimpin yang tak semua bertindak dan tidak mengedepankan egonya.
Sekarang kita akan sedikit menelisik kepada eksistensi pesantren dimana pesantren yang kita kenal merupakan lembaga pendidikan yang berbasis agamis yaitu Islam. Santrinya sangat mengagum-ngagumkan Rasulullah dan meneladaninya. Namun, apakah pemimpin di pesantren juga meneladani kepemimipinan Rasulullah ? yang kita ketahui Rasulullah merupakan  figur yang ideal, tak pernah mengedepankan egonya. Justru lebih mengedepankan kepentingan rakyat dari pada kepentingan pribadi maupun kelompoknya.
Sebagai santri kita dapat melihat secara kasat mata kinerja-kinerja pemimpin kita di pesantren. Berlatar pikir atas realita yang ada, kita akan dapat menilai bahwa para pemimipin kita sekarang ini sangatlah berbeda jauh dengan masa kepemimpinan Nabi, dalam artian mereka tak dapat sedikitpun mengikuti Nabi dalam konteks kepemimipinannya . dan tentu sangatlah berbeda dengan pengertian pemimpin ideal yang telah penulis paparkan di atas.
Pertama, mereka kurang bijak dalam memilih menterinya, mereka cenderung nepotis dlam memilih menterinya. Walaupun kenyataannya kinerja mereka kurang baik, kita dapat berkaca kepada masa kepemimpinan Sayyidina Usman bin Affan, pada masa itu mayoritas menterinya terdiri dari keluarga Usman, dalam artian Sayyidina Usman lebih mengedepankan kepentingan keluarga dan yang terjadi kesenjangan sosial dari umatnya. Tak ayal, kita temui para menteri pesantren yang kinerjanya kurang memuaskan dan mungkin bisa dikatakan tak pantas jadi pemimpin.
Kedua,mereka lemah dalam undang-undang. Dengan kata lain, bukan lemah dalam menjalankan undang-undang tapi lemah dalam mematuhi undang-undang. Sanksi seakan tidak berlaku bagi mereka. Memang tak semua pemimpin begitu, ada yang baik ada pula yang buruk.
Memang sangat sulit kita dapati pemimpin yang ideal seperti Rasulullah. Namun sebagai pemimpin mereka seharusnya lebih tegas jadi pemimpin dalam mengatur bawahannya dan lebih jeli dalam memilih bawahan atau menterinya, mereka tak boleh senonoh dalam melakukan rekrutmen, mereka harus terlebih dahulu kinerja-kinerja mereka sebelum diangkat jadi pemimpin sebagaimana pada masa khalifah Sayyidina Ali, pada masa beliau menteri-menteri yang tidak mampu mengikuti irama kepemimpinannya mesti akan ditumbangkan dari jabatannya. Jadi, pemimpin saat ini baik dipesantren maupun non pesantren seharunya sedikit mencontoh kepemimpinan Sayyidina Ali.
Terakhir, memang kita sadari sangat sulit untuk mencari pemimpin ideal sebagaimana yang telah penulis paparkan secara gamblang diawal baik di pesantren maupun non pesantren.  

*) penulis adalah siswa kelas akhir MTs 1 Annuqayah, aktivis KOMNAS  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar